MAKALAH
“KEBUDAYAAN SUKU DAYAK”
(Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Pengetahuan Sosial Semester
Genap)
(“..09 FEBRUARI 2017..”)

DISUSUN OLEH :
MAHDI ARIE YOGA (XII-Listrik B)
RIZKY NOOR RACHMAN (XII-Listrik B)
ZULKIFLI (XII-Listrik B)
PEMERINTAH KABUPATEN
BALANGAN
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 1 PARINGIN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KEBUDAYAAN SUKU DAYAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam
dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan
republik indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi
penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang
menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut
agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan.
.
Kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang,
kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset
kas daerah dengan menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain
sebagainya. Dalam hal ini suku Dayak Kalimantan yang mengedepankan budaya
leluhurnya, sehingga kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam
menyembah sang pencipta yang dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang
disebut Kaharingan. Sebagai bukti ragam budaya Indonesia yaitu tradisi Tiwah
sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Dayak Ngaju Propinsi Kalimantan Tengah
yangpada mulanya sebuah tradisi kepercayaan masyarakat Kaharingan.
Berbagaimacam prosesi yang terjadi pada acara tersebut, diantaranya: Ngayau
(penggalkepala), ritual Tabuh (tidak tidur selama dua malam dengan diselingi
minuman).
Dari uraian di atas kami tertarik untuk membuat makalah yang terkait lebih dengan mengambil judul “Kebudayaan Suku Dayak”.
B. Pengertian Suku Dayak
Suku Dayak adalah
suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di
gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh
orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri
sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif.
Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti
seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau
pantang mundur.
Suku Dayak
terbagi dalam berbagai sub-suku yang kurang lebih berjumlah 405 sub-suku.
Namun, secara garis besar Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar,
yaitu Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan,
dan Punan. Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau
Kalimantan. Berikut beberapa suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan.
|
No.
|
Nama
Suku Dayak
|
Wilayah Penyebaran
|
|
1.
|
Kanayatn
|
Kalimantan
Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Bengkayang, sebagian
kecil di Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sanggau).
|
|
2.
|
Banyadu
|
Kalimantan
Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sanggau).
|
|
3.
|
Punan
|
Hulu
Sungai Kapuas.
|
|
4.
|
Krio
|
Daerah
aliran Sungai Krio, Kabupaten Ketapang.
|
|
5.
|
Iban
|
Kalimantan
Barat, Serawak, dan Brunei.
|
|
6.
|
Ot
Danum
|
Wilayah
Pegunungan Schwaner.
|
|
7.
|
Benuaq
|
Kalimantan
Timur (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Samarinda), Kalimantan Tengah (Kabupaten
Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan).
|
|
8.
|
Kenyah
|
Serawak,
Kalimantan Timur (Kabupaten Malinau), Kalimantan Barat.
|
|
9.
|
Maayan
|
Kalimantan
Tengah (Kabupaten Barito Timur dan sebagian Kabupaten Barito Selatan),
Kalimantan Selatan (Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten
Kotabaru).
|
Suku Dayak
terdiri atas beragam sub-suku yang memiliki dialek bahasanya masing-masing.
Secara ilmiah, ada 5 kelompok bahasa yang dituturkan, yaitu Barito Raya, Dayak
Barat, Borneo Utara, Dayak Banuaka, Melayik. Selain itu, bahasa Indonesia juga
sering digunakan.
C. Asal Mula Dan Sejarah Kebudayaan Suku Dayak
Dayak merupakan sebutan bagi penduduk
asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan wilayah
Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan
Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin,
Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu
kotanya Pontianak.
Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam
sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975).
Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan
budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan
adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini
disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di
tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang
antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat
Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang
menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh
dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke
pedalaman dan perbukitan diseluruh daerah Kalimantan.
Mereka menyebut dirinya dengan kelompok
yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama
alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa
kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa
mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari
sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak,
Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani
(Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi
sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu
peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak
Bukit(Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul
Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang
mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri.
Namun ada juga suku Dayak yang tidak
mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau
"Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat
itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu
sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu, untuk
menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan
umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat Dayak yang
telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang mempunyai kemiripan adat
istiadat dan budaya dan masih memegang teguh tradisinya.
D.
Kesenian yang dimiliki suku dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas membentuk estetika
yang tercermin dalambudaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni
musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
1. Seni Tari
Banyaknya suku
dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis
besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari
Kendayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin,
Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.Tarian
dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari
Ribunicatau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu,
Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain,
di sekitar Sanggau Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri
tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk,
Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang,
Kapuas, dan Serawak. Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang
dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar
Kapuas Hulu.
2. Seni Musik
Tidak jauh
beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik
ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada
roh-roh. Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar,
tuukngtuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan
lain-lain. Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya
musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan
lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti „bersahut-sahutan‟. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu
berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
E. Persebaran suku-suku Dayak di Pulau
Kalimantan
Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari
para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan adat budayanya akhirnya
memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencar-pencar dan
menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang
antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat
Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang
menyebar di seluruh Kalimantan.
F. Macam Macam Suku Dayak
• Suku Dayak Abal
• Suku Dayak Bakumpai
• Suku Dayak Bentian
• Suku Dayak Benuaq
• Suku Dayak Bidayuh
• Suku Dayak Bukit
• Suku Dayak Darat:Dayak Mali
• Suku Dayak Dusun
• Suku Dayak Dusun Deyah
• Suku Dayak Dusun Malang
• Suku Dayak Dusun Witu
• Suku Dayak Kadazan
• Suku Dayak Lawangan
• Suku Dayak Maanyan
• Suku Dayak Mali
• Suku Dayak Mayau
• Suku Dayak Meratus
• Suku Dayak Mualang
• Suku Dayak Ngaju
• Suku Dayak Ot Danum
• Suku Dayak Samihim
• Suku Dayak Seberuang
• Suku Dayak Siang Murung
• Suku Dayak Tunjung
• Suku Dayak Kebahan
• Suku Dayak Keninjal
• Suku Dayak Kenyah
• Suku Dayak Simpangk
• Suku Dayak Kualant
• Suku Dayak Ketungau
• Suku Dayak Sebaruk
• Suku Dayak Undau
• Suku Dayak Desa
• Suku Dayak Iban
• Suku Dayak Pesaguan
• Suku Dayak Lebang
• Suku Dayak Bakumpai
• Suku Dayak Bentian
• Suku Dayak Benuaq
• Suku Dayak Bidayuh
• Suku Dayak Bukit
• Suku Dayak Darat:Dayak Mali
• Suku Dayak Dusun
• Suku Dayak Dusun Deyah
• Suku Dayak Dusun Malang
• Suku Dayak Dusun Witu
• Suku Dayak Kadazan
• Suku Dayak Lawangan
• Suku Dayak Maanyan
• Suku Dayak Mali
• Suku Dayak Mayau
• Suku Dayak Meratus
• Suku Dayak Mualang
• Suku Dayak Ngaju
• Suku Dayak Ot Danum
• Suku Dayak Samihim
• Suku Dayak Seberuang
• Suku Dayak Siang Murung
• Suku Dayak Tunjung
• Suku Dayak Kebahan
• Suku Dayak Keninjal
• Suku Dayak Kenyah
• Suku Dayak Simpangk
• Suku Dayak Kualant
• Suku Dayak Ketungau
• Suku Dayak Sebaruk
• Suku Dayak Undau
• Suku Dayak Desa
• Suku Dayak Iban
• Suku Dayak Pesaguan
• Suku Dayak Lebang
G. Senjata Tradisional
Suku Dayak
Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu
kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada
masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan
tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang
prajurit Dayak diterjang peluru. Berikut ini adalah senjata-senjata tradisional
suku dayak :
1. Sipet / Sumpitan. Merupakan senjata utama suku
dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter,
ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan
untuk memasukan anak sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari
batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut
damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
3. Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
4. Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
5. Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
H.
Peninggalan Suku Dayak

Salah satu
bentuk peninggalan masyarakat Dayak adalah Candi Agung. Bangunan ini merupakan
sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai
Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan
Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang
keberadaannya se-zaman dengan Kerajaan Majapahit.
Candi Agung
Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Kahuripan yang dibangun oleh
Empu Jatmika pada abad XIV Masehi. Dari kerajaan ini kemudian melahirkan
kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Candi Agung diperkirakan
telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu
dan Kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di Candi ini juga ditemukan beberapa
benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu
yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya
sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun, bila disentuh terdapat
perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
I.
Adat Istiadat Suku Dayak

Salah satu
tradisi masyarakat Dayak adalah upacara adat naik dango. Naik dango merupakan
apresiasi kebudayaan masyarakat adat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat yang
rata-rata berprofesi sebagai petani. Makna upacara adat naik dango bagi
masyarakat suku Dayak Kanayatn adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia
Jubata (Tuhan) kepada Talino (manusia) karena telah memberikan padi sebagai
makanan manusia. Ritual ini juga sebagai permohonan doa restu kepada Jubata
untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang
digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis. Selain
itu, upacara adat ini sebagai pertanda penutupan tahun berladang dan sebagai
sarana untuk bersilaturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau
solidaritas.
J.
Rumah Adat Suku Dayak

Rumah Betang atau rumah Panjang adalah rumah adat khas Kalimantan yang
terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang
biasanya menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini
bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter
dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung
dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah
Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang
mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman
bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah
tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga)
menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar
tersebut.
Budaya Betang
merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang
Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga
dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau
berbagai makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang.
Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai
kebersamaan di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari
perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku
Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai
perbedaan etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.
K. Tradisi Kebiasaan Suku Dayak
Seni tato dan telinga panjang menjadi ciri
khas atau identitas yang sangat menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan.
Dengan ciri khas dan identitas itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas
hingga dunia internasional dan menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di
Indonesa. Namun tradisi ini sekarang justru semakin ditinggalkan dan nyaris
punah. Trend dunia fashion telah mengikis budaya tersebut . Kalaupun ada yang
bertahan, hanya sebagian kecil golongan generasi tua suku Dayak yang berumur di
atas 60 tahun. Generasi suku Dayak diatas tahun 80-an bahkan generasi sekarang
mengaku malu.
Di Kalimantan Timur untuk bisa menemui
wanita suku Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat
sulit. Karena kini hanya bisa ditemui dipedalaman Kalimantan Timur dengan
menempuh jalur melewati sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena gaya
hidup suku Dayak memang lebih akrab dengan hutan maupun gua.
Untuk melestarikan budaya, tradsi maupun
adat suku Dayak Pemerintah Kota Samarinda membangun perkampungan budaya suku
Dayak yang diberi nama Kampung Budaya Pampang. Di desa ini ada sekitar 1000
warga suku Dayak yang masih mempertahankan budaya, tradisi maupun adat.
BAB II
SISTEM YANG ADA DI KEBUDAYAAN DAYAK
A. Sistem Kepercayaan/Religi Suku Dayak
Masyarakat Dayak
terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di
Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen,
Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum
Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
1.
Sangiang nayu-nayu (roh baik);
2.
Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam syair-syair
suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas.
Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
1.
upacara pembakaran mayat,
2.
upacara menyambut kelahiran anak,
dan
3.
upacara penguburan mayat.
Upacara pembakaran
mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang
disebut tambak.
B. Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Dayak
Sistem
kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung hubungan
masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang ideal
adalah perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung
(hajanen dalam bahasa Ngaju). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis
mereka menikah dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan
adat istiadat.
C. Sistem Politik Suku Dayak
Pemerintahan
desa secara formal berada di tangan pembekal dan penghulu. Pembekal bertindak
sebagai pemimpin administrasi. Penghulu sebagai kepala adat dalam desa.
Kedudukan pembekal dan penghulu sangat terpandang di desa, dahulu jabatan itu
dirangkap oleh patih. Ada pula penasihat penghulu disebut mantir. Menurut A.B.
Hudson hukum pidana RI telah berlaku pada masyarakat Dayak untuk mendampingi
hukum adat yang ada.
D. Sistem Ekonomi Suku Dayak
Bercocok
tanam di ladang adalah mata pencaharian masyarakat Dayak. Selain bertanam padi
mereka menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai, dan buah-buahan. Adapun yang
banyak ditanam di ladang ialah durian dan pinang. Selain bercocok tanam mereka
juga berburu rusa untuk makanan sehari-hari. Alat yang digunakan meliputi
dondang, lonjo (tombak), dan ambang (parang). Masyarakat Dayak terkenal dengan
seni menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke Kuala Kapuas,
Banjarmasin, dan Sampit
E. Sistem Kesenian Suku Dayak
Seni tari Dayak
adalah tari tambu dan bungai yang bertema kepahlawanan, serta tari balean
dadas, bertema permohonan kesembuhan dari sakit, dan tari perang. Rumah adat
Dayak adalah rumah betang yang dihuni lebih dari 20 kepala keluarga. Rumah
betang terdiri atas enam kamar, yaitu kamar untuk menyimpan alat perang, kamar
gadis, kamar upacara adat, kamar agama, dan kamar tamu.
|
gambar 2. Seorang anggota
Suku Dayak Kenyah melakukan tarian perang selama pertemuan antar kepala Suku
Dayak Kenyah di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, Rabu (16/05/2012). Foto:
REUTERS/ Yusuf Ahmad
|
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:
Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:
1. Sebagian masyarakat suku dayak pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya pada leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka.
.
2. Sistem kekerabatan suku dayak yaitu menggunakan system parental ( ayah dan ibu) .
2. Sistem kekerabatan suku dayak yaitu menggunakan system parental ( ayah dan ibu) .
B.
Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan melalui
makalah ini yaitu:
1. Hendakya suku dayak lebih di perkenalkan dan di
perluas wawasannya supaya masyarakat umum yang tinggal di Kalimantan Tengah
dapat mngerti kebudayaan Kalimantan.
2. Di dalam pelaksanaan pendidikan hendaknya suku
dayak di perkenalkan kepada siswa siswi sekolah (SD, SMP, SMA) agar banyak
peminat untuk tetap melestarikan dan menjaganya. Karena suku dayak ini adalah
ciri khas Kalimantan Tengah.
3. Dalam penyajiannya, hendaknya penyampaian materi
lebih singkat tapi jelas dan tidak menghilangkan pokok-pokok penting dalam
pembahasan, agar masyarakat dan siswa mudah mengerti dan tanggap.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar